Selasa, 21 Desember 2010

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN HIPERTENSI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sifat penyakit dapat dimulai secara perlahan-lahan, seringkali tanpa tanda-tanda ataupun keluhannya ringan dan baru diketahui sesudah keadaannya parah. Hal ini perlu sekali untuk dikenali agar tidak salah ataupun terlambat menegakkan diagnosis. Sehingga terapi dan tindakan keperawatannya segera dapat dilaksanakan. Dapat pula pada lanjut usia mengalami beberapa penyakit secara bersamaan. Sifat penyakit orang lanjut usia biasanya progresif sampai penderitanya mengalami kematian. Orang-orang lanjut usia pun biasanya rentan penyakit lain, karena daya tahannya telah menurun.
Di Negara-negara maju penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian utama, sedangkan Negara yang sedang berkembang angka kematian terutama karena penyakit infeksi.
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992, di temukan urutan sebagai berikut : TBC, penyakit yang tidak jelas, trauma, penyakit infeksi lainnya serta bronkitis, episema, dan asma (Sumantri et al, 1992). Meskipun penyakit infeksi juga masih menonjol pada pola penyakit lansia di Indonesia, namun penyakit berbeda dengan di negari Belanda. Misalnya, TBC yang ternyata pada urutan teratas di Indonesia, tidak terdapat di negeri Belanda. Hal tersebut dapat diasumsikan berkaitan dengan status social ekonomi dan lingkungan fisik maupun biologik.

B. Tujuan Geriati
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lanjut usia pada taraf yang setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas-aktivitas fisik dan mental
3. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lanjut usia yang menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan

C. Manfaat
1. Derajat kesehatan para lanjut usia dapat mencapai derajat seoptimal mungkin
2. Kondisi kesehatan pada lansia dapat dipelihara dengan baik
3. Para lansia yang menderita suatu penyakit khususnya hipertensi masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan


BAB II
KONSEP DASAR TEORI

2.1. Pengertian lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999). Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

2.2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia
• Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
• Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
• Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
• Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,2003)
• Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)
2.3. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Berusia lebih dari 60 tahun
• Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi malaptif.
• Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

2.4. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho,2000). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung dengan bantuan badan social, lansia di panti wreda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.


2.5. Perubahan Fisiologis Pada Penuaan
Penuaan didirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolisme di sel lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh. Daftar berikut akan membantu anda mengenali perubahan bertahap pada fungsi tubuh yang normal meyertai penuaan sehingga dapat menyesuaikan teknik pengkajian berdasarkan hal tersebut. Khususnya pada system kardiouaskuler.


Sistem tubuh Perubahan terkait usia
Nutrisi
 Kebutuhan protein, vitamin, dan mineral biasanya tidak berubah
 Kehilangan kalsium dan nitrogen (pada pasien yang tidak dapat ambulasi)
 Penurunan absorpsi kalsium dan vitamin B1 dan B2 akibat menurunkan selera makan)
 Penurunan mobilitas usus dan peristaltis usus besar
 Gigi hancur akibat penipisan enamel gigi
 Penurunan kekuatan menggigit
 Penurunan refleks menelan
Kulit
 Lambatnya penyembuhan luka akibat penurunan laju penggantian sel
 Penurunan elastisitas kulit (dapat terlihat hampir transparan)
 Bintik-bintik coklat pada kulit akibat prolinerasi melanosit ledakalisasi
 Membranmukosa kering dan penurunan keluaran kelenjar keringat (seiring dengan penuruna kelenjar keringat yang aktif)

Rambut
 Penurunan pigmen, yang menyebabkan rambut berwarna abu-abu atau putih
 Penipisan seiring dengan penurunan jumlah melanosit
 Rambut pubik rontok akibat perubahan hormona
 Rambut wajah meningkat pada wanita pascamenopause dan menurun pada pria

Mata dan penglihatan
 Konjungtiva menipis dan kuning, kemungkinan penguekulus (bantalan lemak)
 Penurunan produksi air mata akibat kehilangan jaringan lemak dalam apparatus lakrimal
 Komea rata dan kehilangan kilauan
 Penipisan dan kekakuan sidera, pengunungan akibat deposit lemak
 Gangguan penglihatan warna akibat perburukan sel kerucut retina
 Penurunan reabsorpsi cairan intraokular yang menyebabkan glaukoma
Telinga dan pendengaran
 Atrofi organ korti dan sarat auditonus (presbikusis sonsok)
 Ketidak mampuan membedakan konsonen bernada tinggi
 Perubahan structural degeneratif dalam keseluruhan system pendengaran


Sistem pernapasan
 Pembesaran hidung akibat pertumbuhan kartiliago yang terus menerus
 Atrofi umum tonsil
 Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang yang menua
 Penurunan kapasitas difusi
 Penurunan kekuatan otot inspirasi dan ekspirasi penurunan kapasitas vital
 Penurunan saturasi oksigen sebesar 50 %
 Toleransi rendah terhadap debit oksigen 

Sistem kardiovaskular
 Ukuran jantung agak mengecil
 Kehilangan kekuatan kontraktif dan efisiensi jantung
 Penurunan curah jantung sekitar 30% sampai 35% pada usia 70 tahun
 Penebalan katup jantung, yang menyebabkan penutupan yang tidak sempurna (mumur sistolik)
 Peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri sekitar 20 % antara usia 30 dan 60 tahun
 Dilatasi dan peregangan vena
 Penurunan sebesar 35 % dalam aliran darah arteri koroner antara usia 20 dan 60 tahun
 Perubahan elektrokardiogram peningkatan interval PR, kompleks ORS, dan QT, penurunan amplitudokomplek ORS, pergeseran aksis QRS ke kiri
 Frekuensi jantung membutuhkan waktu yang lebih lama agar kembali normal setelah berolahraga
 Penurunan kekuatan dan elastisitas pembuluh darah, yang berperan pada insufisiensi arteri dan vena
 Penurunan kemampuan berespon terhadap sters fisik dan emosional

Sistem GI
 Penurunan elastisitas mukosa
 Penurunan sekresi GI, yang mengganggu digesti dan absomsi
 Penurunan hati, penurunan berat badan, kapasitas regeneratif, dan aliran darah 

Sistem ginjal
 Penurunan laju filtrasi glomerulus
 Penurunan aliran darah ginjal sekitar 53% sekunder akibat penurunan curah jantung dan perubahan aterosiderotik
 Penurunan ukuran dan jumlah nefron yang berfungsi
 Penurunan ukuran dan kapasitas kandung kemih
 Penurunan ukuran ginjal
 Gangguan klirens obat
 Penularan kemampuan untuk berespond terhadap berbagai asupan natrium

Sistem reproduksi pria
 Penurunan produksi testosterone, yang mengakibatkan penurunan libio serta atrofi dan pelunakan testes
 Pembesaran kelenjar prostat dengan penurunan sekresi
 Penurunan volume dan viskositas cairan semen
Sistem reproduksi wanita
 Penurunan kadar estrogen dan progesterone (sekitar usia 50 tahun) karena
 Berhentinya ovulasi, altofi, penebalan, dan penurunan ukuran ovarium
 Rontoknya rambut public dan labia mayora datar
 Penyusutan jaringan vulva, terbatasnya introitus, dan hilangnya elastisitas jaringan
 Atrofi vagina, laposan mukosa tipis dan kering, lingkungan pH vagina lebiih basa
 Penyusutan uterus
 Atrofi serviks, kegagalan menghasilkan mucus untuk melumasi, penebalan endometrum dan miometrium

Sistem saraf
 Perubahan degeneratif pada saraf-saraf pusat dan system saraf perifer
 Transmisi saraf lebih lambar
 Hilangnya neuron dalam korteks serebral sebanyak 20%
 Refleks kornea lebih lambat
 Peningkatan ambang batas nyeri
Sistem musculoskeletal
 Peningkatan jaringan adipose
 Penurunan tinggi akibat penurunan kelengkungan tulang belakang dan penyempitan ruang interveteora
 Penurunan pembentukan kolagen dan massa otot 

Sistem endokrin
 Penurunan produksi progesterone
 Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50 %
 Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25 %

2.6. Perubahan Nilai Laboratorium Pada Pasien Lansia
Nilai laboratorium normal standar menggambarkan fisiologi orang dewasa usia 20 sampai 40 tahun. Akan tetapi, nilai normal untuk lansia biasanya berbeda karena perubahan fisiologis terkait usia. Daftar di bawah untuk menafsirkan nilai pemeriksaan laboratorium lainnya yang tidak berubah pada pasien yang lansia.

Nilai pemeriksaan usia 20 sampai 40 tahun Perubahan terkait usia Pertimbangan
Albumin 3,5 sampai 5 g/dl Dibawah usia 65 tahun :
Lebih tinggi pada pria
Diatas usia 65 tahun kadar sama kemudian menurun dengan laju yang sama Peningkatan masalah asupan diet protein yang dibutuhkan pada lansia fungsi hati normal, edema, tanda kadar albumin rendah
Beta globulin 2,3 sampai 3,5 g/dl Meningkat kemungkinan sampai 69 mg/dl Meningkat sebagai respons untuk menurunkan albumin jika fungsi hati normal, peningkatan kebutuhan asupan protein dalam diet
Kolesterol 120 sampai 220 mg/dl Pria : Meningkat sampai usia 50 tahun, kemudian turun
Wanita : Lenih rendah daripada pria sampai usia 50 tahun, meningkat sampai usia 70 tahun kemudian turun Kenaikan kadar kolesterol (dan peningkatan risiko kardiovaskular) pada wanita sebagai akibat penurunan estrogen pasca menopause, perubahan diet, penurunan berat badan, dan olahraga yang dibutuhkan
Kreatinin kinase 17 sampai 148 U/L Agak meningkat Dapat mencerminkan penurunan massa otot dan fungsi hati
Kreatinin 0,6 sampai 125 ml.menit Pria : menurun, rumus :
(140 – usia)x kg berat
Badan / 72 x kreatinin serum wanita : 85% dari laju pria Mencerminkan penurunan laju filtrasi glomenular, faktor penting untuk mencegah loksisistas ketika memberikan obat yang dieksresikan dalam urine
Toleransi glukosa (pemeriksaan glukosa puasa)
1 jam 160 sampai 170 mg/dl
2 jam 115 sampai 125 mg/dl
3 jam 70 sampai 110 mg/dl Dapat menurun dengan cepat dalam 2 jam pertama, kemudian turun ke nilai dasar lebih lambat Mencerminkan penurunan suplai insulin pancreas dan pelepasan serta penurunan massa tubuh pada ambilan glukosa (peningkatan yang cepat dapat dengan cepat memicu sindrom hiperosmolar hiperglikemik non ketosis.
Hematokrit
Pria : 45% sampai 52%
Wanita : 37% sampai 48% Dapat agak menurun (tidak terbukti) Mencerminkan penurunan sumsum tulang dan hematopoiesis
Hemoglobin
Pria : 13 sampai 18 g/dl
Wanita : 12 sampai 16g/dl Pria : menurun 1 sampai 2 g/dl
Wanita : tidak diketahui Mencerminkan penurunan sumsum tulang, hematopoiesis dan (untuk pna) kadar androgen
Lipoprotein densitas-tinggi 80 sampai 310 mg/dl Kadar lebih tinggi pada wanita daripada pria tetapi sama seiring dengan usia Kepatuhan terhadap pembatasan diet dibutuhkan untuk interpretasi hasil pemeriksaan yang akurat
Hitung leukosit
4300 sampai 10.800 Menurun 3.100 sampai 9.000/pl Menurun proporsinya terhadap hitung limfosit
Hitung limfosit
Sel T : 500 sampai 2.400/pl sel b : 50 sampai 200/pl Menurun Menurun proporsinya terhadap hitung leukosit
Hitung trombosit
150.000 sampai 550.000/mm3 Berubah karakteristiknya : penurunan unsur pokok granular, peningkatan faktor pelepas trombosit Dapat mencerminkan penurunan sumsum tulang dan peningkatan kadar fibrinogen
Kalium
3,5 sampai 5,5 mEq/L Agak meningkat Perlu menghindari pengganti garam yang mengandung kalium, waspada ketika membaca label makanan, dan mengetahui tanda serta gejala hiperkalemia
Trigliserida
40 sampai 150 mg/dl Rentang lebar 20 sampai 200 mg/dl Menunjukkan ketahanan di tingkat lain, yang membutuhkan pemeriksaan tambahan seperti kolesterol serum
Urine
Glukosa
0 sampai 15 mg/dl Agak menurun Dapat mencerminkan penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih (lsk)
Protein
0 sampai 5 mg/dl Agak meningkat Dapat mencerminkan ginjal atau ISK
Berat jenis
1.032 Menurun sampai 1,024 pada usia 80 tahun Mencerminkan penurunan jumlah ketersediaan netron untuk mengonsentrasikan urine 30% sampai 50%.

2.7. Tingkat Perawatan
1. Pusat lansia dengan multilayanan
 Memberikan berbagai layanan luas untuk orang dewasa yang mandiri dan aktif dalam komunitas.

2. Layanan kerumahtanggan
 Membantu aktivitas seperti bersih-bersih ringan, memasak, berbelanja dan penatu

3. Perbaikan dan pemeliharaan rumah
 Memberikan bantuan memperbaiki rumah dan tugas-tugas rumah tangga bagi mereka yang tidak dapat melakukan tugas ini secara mandiri

4. Layanan check-in
 Memberikan check-in telepon untuk memastikan status pasien dan memberikan kontak social melalui relawan dari senior centers, gereja, dan lembaga di komunitas lainnya
 Memberikan kunjung terjadawal berkala oleh pengunjung yang ramah

5. Layanan orang dewasa berbasis komunitas
 Memberikan berbagai layanan untuk lansia yang sangat lemah atau mengalami gangguan kognitif di berbagai lingkungan
 Memberikan aktivitas terstruktur, perawatan personal, rekreasi dan sosialisasi, dukungan nutrisi, dan perawatan kesehatan

2.8. Pembinaan Kesehatan Pralansia
Masa pralansia merupakan masa persiapan diri untuk mencapai usia lanjut yang sehat, aktif, dan produktif. Oleh karena pada masa ini banyak perubahan yang terjadi seperti menopause, puncak karier, masa menjelang pensiun, dan rasa kehilangan.
Hal-hal yang harus dipersiapkan menjelang masa lansia adalah sebagai berikut :
1. Kesehatan
• Latihan fisik/olah raga secara teratur dan sesuai kemampuan
• Pengaturan gizi / diet seimbang
• Tetap bergairah dan memelihara kehidupan seks yang sehat
• Melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur (minimal 6 bulan sekali)
• Memelihara penampilan diri yang rapi dan bersih
• Menghindari kebiasaan buruk

2. Sosial
• Meningkatkan imam dan takwa
• Tetap setia dengan pasangan yang sah
• Mengikuti kegiatan social
• Meningkatkan keharmonisan dalam rumah tangga
• Menyediakan waktu untuk rekreasi
• Tetap mengembangkan hobi/bkat

3. Ekonomi
• Mempersiapkan tabungan hari tua
• Berwiraswasta
• Mengikuti asuransi

2.9. Pembinaan Kesehatan Lansia
• Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan.
• Sasaran
6. Sasaran langsung
• Kelompok pralansia (45-59 tahun)
• Kelompok lansia (50 tahun ke atas)
• Kelompok lansia dengan risiko tinggi (70 tahun ke atas)

7. Sasaran tidak langsung
• Keluarga di mana usia lanjut berada
• Organisasi social yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut
• Masyarakat

2.10. Pedoman pelaksanaan
1. Bagi petugas kesehatan
  • Upaya promotif, yaitu upaya untuk menggairahkan semangat hidup para lansia agar merasa tetap dihargai dan berguna
  • Upaya preventif, yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi dari penyakit-penyakit
  • Upaya kuratif, yaitu upaya pengobatan yang penaggulangannya perlu melibatkan multidisiplin ilmu kedokteran
  • Upaya rehabilitatif, yaitu upaya untuk memulihkan fungsi organ tubuh yang telah menurun


2. Bagi lansia itu sendiri
Untuk kelompok pralansia, membutuhkan informasi sebagai berikut :
• Adanya proses penuaan
• Pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala
• Pentingnya melakukan latihan
• Pentingnya melakukan diet
• Pentingnya meningkatkan kegiatan

3. Bagi keluarga dan lingkungannya
• Membantu mewujudkan peran serta kebahagiaan dan kesejahteraan lansia
• Usaha pencegahan dimulai dalam rumah tangga
• Membimbing dalam ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
• Melatih berkarya dan menyalurkan hobi
• Menghargai dan kasih sayang terhadap para lansia

2.11. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Lansia
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh lansia berkaitan dengan perilaku yang baik (adaptis dan tidak baik (malaadaptif) :
1. Perilaku yang kurang baik
• Kurang berserah diri
• Pemarah, merasa tidak puas
• Sering menyendiri
• Kurang melakukan aktivitas fisik
• Makan tidak teratur
• Kebiasaan merokok , minum obat penenang
• Melakukan kegiatan yang melebihi kemampuan
• Menganggap kehidupan seks tidak diperlukan lagi
• Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur

2. Perilaku yang baik
• Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Mahakuasa
• Mau menerima keadaan
• Menjalin hubungan yang baik
• Melakukan olahraga ringan setiap hari
• Makan dengan porsi sedikt tetapi sering
• Berhenti merokok
• Minumlah obat sesuai anjuran dokter

3. Manfaat perilaku yang baik
• Lebih takwa dan tenang
• Tetap ceria
• Keberadaannya tetap diakui
• Kesegaran dan kebugaran tubuh
• Terhindar dari kegemukan dan kekurusan
• Mencegah keracunan obat
• Mengurangi stress dan kecemasan
• Hubungan harmonis
• Gangguan kesehatan dapt diketahui dan diatasi sedini mungkin

2.12. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
4. Mempersiapkan kehidupan baru
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya

• Peran Anggota Keluarga terhadap Lansia
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap lansia
 Melakukan pembicaraan terarah
 Mempertahankan kehangatan keluarga
 Membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia
 Membantu dalam hal transportasi
 Memberikan kasih sayang
 Menghormati dan menghargai
 Bersikap sabat dan bijaksana
 Memberikan kasih sayang
 Jangan menganggapnya sebagai beban
 Membantu mencukupi kebutuhannya
 Memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah
 Membantu mengatur keuangan
 Memeriksakan kesehatan secara teratur
 Mencegah terjadinya kecelakaan

• Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia
Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan social ekonomi.


• Tugas Perkembangan Keluarga dengan Lansia
Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga dalam setiap tahap perkembangannya.
Menurut Carter dan McGoldrick (1988), tugas perkembangan keluarga dengan lansia adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun
3. Mempertahankan hubungan perkawinan
4. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan
5. Pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi
6. Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut

3. Hipertensi
Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit mengecil. Yang paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas. Yang juga mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung.
Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap. Elastisitas jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekiar 50% dibanding orang berusia 20 tahun. Oleh karena itu, tekanan darah pada wanita tua yang mencapai 170/90 mmHg dan pada pria tua yang mencapai 160/100 mmHg masih dianggap normal.
Derajat kerja jantung dapat dinilai dari besarnya curah jantung (cardiac output), yaitu jumlah darah yang dikeluarkan oleh bilik jantung/vertrikel per menit. Pada usia 90 tahun, curah jantung ternyata menurun dan sudah tentu menimbulkan efek pada fungsi alat-alat lain, seperti : otot, paru dan ginjal karena berkurangnya arus darah ke organ tubuh itu.
Sebaliknya, tekanan darah saat istirahat akan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia walaupun tidak begitu besar. Adanya aktivitas fisik, tekanan darah seseorang akan meningkat. Pada lanjut usia peningkatan tekanan darah saat melakukan pekerjaan fisik ini meningkat lebih cepat dibanding orang muda.
Denyut nadi maksimal pada lanjut usia ternyata menurun karena jantung tidak dapat mencapai frekuensi seperti saat masih muda. Rumus untuk meramalkan denyut nadi maksimal seseorang adalah : (200-usia).
Perubahan yang jauh lebih bermakna dalam kehidupan lanjut usia adalah yang terjadi pada pembuluh darah.
Proses pengapuran ini akan berlanjut menjadi proses yang menghambat aliran darah yang pada suatu saat dapat menutup pembuluh darah tadi.
Pada tahap awal, gangguan dari dinding pembuluh darah yang menyebabkan elastisitasnya berkurang akan memacu jantung bekerja lebih keras, karena terjadi hipertensi. Selanjutnya, bila terjadi sumbatan maka jaringan yang dialiri zat asam oleh pembuluh darah ini akan rusak/mati, hal inilah yang disebut infark.
Hipertensi menjadi faktor utama stroke, payah jantung, dan penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler.
Secara nyata kematian karena CVD, morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi.
Pada hipertensi sistolik hal ini masih controversial. Mengenai target tekanan darah diajurkan penurunan yang bertahap sampai sekitar sistolik 140 – 160 mmHg.


Pathogenesis hipertensi lansia
Pada usia lanjut pathogenesis terjadinya hipertensi usia lanjut sedikit berbeda dengan yang terjadi pada dewasa muda. Faktor yang berperan pada usia lanjut terutama adalah :
  • Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulasi vitiosus: hipertensi-glomerulo-sklerosis-hipertensiyang berlangsung terus menerus.
  • Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Makin lanjutnya usia makin sensitive terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.
  • Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya akan mengakibatkan hipertensi sistolik saja (=ISH).
  • Perubahan ateomatou akibat proses menua mengakibtkan disfungsi endotel yang berkelanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang berakibat pada kenaikan tekaanan darah.
  • Mencegah reaksi obat yang merugikan pada pasien lansia
Kerja obat dalam tubuh dan interaksinya dengan jaringan tubuh berubah secara signifikan pada lansia. Pada daftar di bawah berikut. Anda akan menemukan informasi yang anda butuhkan untuk membantu mencegah reaksi merugikan obat pada pasien lansia yang rawat.
Obat :
Adrenokorikoid
- Penyekat alfa-adrenergik
Indikasi :
Hipertensi
- Obat ini harus diberikan pada waktu akan tidur untuk mengurai potensi pusing atau berkunang-kunang
Obat :
Inhibitor angiotensin-converting enzyme (ACE)
Indikasi :
Hipertensi
- Terapi diuretik harus dihentikan sebelum inhibitor ACE mulai diberikan untuk mengurangi risiko hipertensi
- Pasien lansia mungkin membutuhkan dosis rendah karena gangguan klirens obat.
Obat :
Penyekat beta-adrenergik
Hipertensi
Angina
Aritmia
Indikasi :
Peningkatan bioavailabilitas atau pelambatan metabolisme pada pasien lansia mungkin membutuhkan dosis rendah.
Obat :
Penyekat saluran kalsium
Indikasi :
Hipertensi
- Obat ini harus digunakan dengan hati-hati pada pasien lansia karena paruh waktu penyekat saluran kalsium dapat meningkat sebagai akibat penurunan klirens.
Obat :
Loop diuretic
Indikasi :
Hipertensi
- Pasien lansia atau yang sangat lemah lebih rendah terhadap obat yang menginduksi diuresis dan dapat dengan cepat mengalami dehidrasi.
Obat :
Diuretik hemat kalium
Indikasi :
Hipertensi
- Pasien lansia mungkin membutuhkan dosis kecil karena kerentanannya terhadap obat yang menginduksi diuresis dan hiperkalemia
Obat :
Diuretik tiazid dan seperti tiazid
Indikasi :
Hipertensi
- Perubahan fungsi kardiovaskular dan ginjal terkait usia membuat pasien lansia lebih rentan terhadap diuretik yang berlebihan.

• Obat yang tidak perlu difasilitas perawat jangka-panjang
• Jatuh dan pencegahan jatuh
Salah satu tujuan utama bagi mereka yang merawat lansia adalah mempertahankan lansia semandiri mungkin, untuk selama mungkin, dalam sebuah lingkungan yang aman. Menurut hierarki kebutuhan Maslow, lingkungan yang aman adalah lingkungan yang memberikan stabilitas, perlindungan, ketentraman, dan kebebasan dari rasa takut cemas, serta keributan. Bagi pasien lansia, keselamatan dan keamanan merupakan kebutuhan yang sama pentingnya dengan kebutuhan fisiologis dasar, seperti makanan dan air.
Seiring dengan pertambahan usia, lansia lebih cenderung mengalami cedera akibat kecelakaan dan menjadi lumpuh. Di kalangan lansia yang berusia 65 tahun, cedera akibat kecelakaan adalah penyebab kematian terbanyak kelima.

- Insiden dan Dampak
Jatuh merupakan kemungkinan penyebab utama morbiditas dan mortilitas di kalangan lansia. Hampir satu pertiga dari lansia yang tinggal di luar fasilitas perawatan jangka panjang mengalami jatuh minimal satu kali per tahun, dan diperkirakan setengah dari lansia tersebut jatuh lebih dari satu kali. Insiden jatuh terjadi pada sekitar 25% lansia yang berusia 70 tahun dan meningkat sampai 35% pada lansia yang berusia 75 tahun atau lebih. Jatuh terjadi dirumah, biasanya pada sore hari atau malam hari. Dua puluh persen penyebab masuk rumah sakit dan 40% penyebab masuk fasilitas perawat jangka panjang terkait dengan jatuh.
Dari semua tempat, sebagian besar jatuh terjadi di kamar tidur. Jatuh, khususnya pola jatuh berulang, merupakan penyebab terbanyak lansia dimasukkan kedalam fasilitas perawatan kesehatan. Fraktur panggul merupakan akibat umum dari jatuh yang menyebabkan peningkatan ketergantungan.
Selain menyebabkan cedera fisik, jatuh dapat menyebabkan masalah psikologis.

- Pencegahan Jatuh
Dengan memfokuskan upaya anda pada pencegahan jatuh, agar efektif, sebuah program pencegahan harus meliputi analisis masalah yang akurat tujuan yang ditetapkan dengan jelas, intervensi praktis dan efisien, serta akomitmen yang kuat dan semua pihak untuk membuatnya berhasil.
Dengan mempelajari penyebab jatuh dan mengkaji faktor-faktor risiko pada lansia, anda dapat memperkirakan sekaligus mencegah jatuh dalam berbagai keadaan.
Kelas Obat Efek Merugikan
Diuretic Hipovolemia
Hipotensi ortostatik
Ketidakseimbangan elektrolit
Inkontinensia urine
Antihipertensi Hipotensi
Anidepresan trisiklik Hipotensi ortostatik


Akibat bila darah tinggi tidak ditangani
• Penyakit jantung
• Pecahnya pembuluh darah otak
• Kegagalan ginjal
• Kelainan mata
(penglihatan kabur)


Jenis-jenis Tekanan Darah Tinggi
  • Tekanan darah tinggi ringan
  • Tekanan darah tinggi sedang
  • Tekanan darah tinggi berat
  • Tekanan darah tinggi berbahaya Tekanan darah meningkat dengan cepat (berubah-ubah)


Pertolongan diri sendiri dalam penanggulangan darah tinggi
1. Diet makanan
2. Penurunan berat badan
3. Latihan jasmani/olah raga untuk lansia
4. Berhenti merokok secepat mungkin
5. Kontrol tekanan darah secara teratur


Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Diet Makanan
2. Penurunan Berat Badan
(hanya berlaku untuk lansia yang gemuk)

Rumus
BB Ideal = TB – 100 – 10% berat normal

Keterangan :
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan

3. Olah Raga pada Lansia
Manfaat
1. Memperlancar aliran darah
2. Mengurangi strees Terbaik

Lakukan gerak jalan



Hal-hal yang Perlu
Diperhatikan

Darah tinggi Kurangi rasa cemas dengan cara cari faktor penyebab ketegangan
Darah tinggi sedang • Diit rendah garam
• Kurangi berat badan
• Berhenti merokok
Darah tinggi berat Hubungi petugas kesehatan untuk perawatan lebih lanjut
Cara pencegahan darah tinggi



TANDA DAN GEJALA

• Sakit kepala bagian belakang/kaku kuduk
• Gelisah/susah tidur
• Pusing kepala
• Dada berdebar-debar
• Keluhan lain : lemas, sesak nafas, berkeringat, pingsan dan lain-lain.


BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA USIA LANJUT
DENGAN HIPERTENSI

• Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (Preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang menyeluruh pada lansia yang dilakukan oleh perawat meliputi :
1. Mengidentifikasi status kesehatannya (Anamnesis dan pemeriksaan fisik)
2. Status gizi;
3. Kapasitas fungsional;
4. Status psikososial; serta
5. Masalah khusus lainnya yang dihadapi secara individual

Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis harus secara akurat dan “up to date”, termasuk pula mengenai bagaimana persepsi lansia tentang kesehatan dirinya sendiri. Anamnesis menjadi dasar bagi rencana manajemen keperawatannya. Evaluasi kesehatan lansia komprehensif. Kebanyakan para lansia dapat menyuguhkan anamnesis yang baik, tetapi tidak sedikit pula yang mengalami hambatan untuk berkomunikasi.
Riwayat penyakit masa lalu juga penting untuk membantu menempatkan masalah kesehatan saat ini dalam perspektif yang tepat. Riwayat pemakaian obat-obatan, karena lansia bila diberikan resep bermacam obat jarang memprotes, bahkan juga sering mengobati dirinya sendiri. Anamnesis dilakukan secara sistematis dengan tetap fokus pada keluhan utamanya khususnya pada sistem kardiovariuler yaitu :
Ortopnea, edema, angina, klaudikasio, palpitasi, pusing, sinkop.

Pemeriksaan fisik pada lansia
Tata-cara pemeriksaan fisik dilakukan sebagaimana halnya prosedur yang ditempuh pada kelompok usia lainnya. Namun, dalam melakukan pengkajian fisik pada klien lansia secara efektif memerlukan penilaian terhadap status kesehatannya secara tepat. Seperti biasa, pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik terdiri atas pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan fisik menurut masing-masing sistem tubuh.
Pemeriksaan fisik umum pada lansia ditujukan untuk dapat mengidentifikasi keadaan umumnya dengan penekanan pada tanda-tanda vital, keadaan gizi aktivitas tubuh baik dalam keadaan berbaring atau berjalan.
Tanda-tanda vital diatas meliputi pemeriksaan nadi, suhu, dan tekanan darah. Observasi yang menyeluruh diarahkan pada hal-hal berikut:
1. Membandingkan usia kronologis
2. Aspek gender, suku
3. Perkembangan perawatan
4. Kebersihan
5. Ekspresi wajah,cara bicara
6. Pengamatan pada daerah kulit, dilihat keriput/kerut-kerut
7. Gerakan melambat, menggunakan alat Bantu ambulasi, dan langkah-langkah yang kaku
8. Gejala seperti tremer, kontraktur
9. Inspeksi di daerah leher, apakah terdapat oto-otot/tendon
10. Kesan umum tentang perkembangan badan, apakah tampak terlalu tinggi/terlalu pendek
11. Pengamatan terhadap kebersihan/kerapian
Pemeriksaan fisik sering kali perlu dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium, agar dapat memberikan gambaran yang tepat tentang status kesehatan atau penyakit/gangguan yang diderita saat ini.
Temuannya biasanya berupa gambaran patologis yang multiple beserta perubahan-perubahan akibat proses menua.
Adapun pemeriksaan fisik menurut sistem tubuh dapat menggunakan pola head to toe. Akan tetapi, untuk dapat mengarah pada berbagai gangguan yang sering terdapat pada lansia dapat dianjurkan untuk mempedomani pemeriksaan terfokus pada beberapa sistem tubuh seperti pada sistem kardiovaskuler.
• Kardiopulmonar
Curah jantung berkurang serta elastisitas jantung dan pembuluh darah berkurang. Terdengar bunyi jantung IV (S4) dan bising sistolik. Kapasitas vital paru, volume ekspirasi, serta elastisitas paru-paru berkurang. Walaupun tak ada kelainan paru namun dapat terdengar ronki basal.
• Pemeriksaan fisik umum
Kesadaran
Tingkat kesadaran dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
1. Compos mentis
2. Somnolen
3. Sopor
4. Soporo koma
5. Koma
Bila lansia menunjukkan gangguan tingkat kesadaran (misal pada penderita gawat darurat) cara yang lazim digunakan untuk mengevaluasi tingkat kesadaran dengan kata lain cara penentuan tingkat kelainan neurologist adalah dengan GCS (Glasgom Coma Scale).
• Tanda Vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital. Pemeriksaan nadi juga pemeriksaan tekanan darah.
• Sistem Integumen
Lesi sekunder antara lain berupa skuama, ekskoriasi, krusta, sikatriks, dan ulkus.
• Pengkajian status gizi
Pada lansia perlu waspadai status gizi yang menurun, mengingat provalensi malnutrisi yang tinggi dikalangan mereka, yaitu sebesar 10-50%. Padahal malnutrisi ini merupakan faktor risiko utama bagi timbulnya kesakitan dan kematian. Selain itu, sering kali status gizi dikalangan lansia ini diabaikan orang. Malnutrisi merupakan masalah yang bersifat multitaktor, yaitu meliputi faktor fisik, sosial, dan ekonomi.
Untuk menentukan status nutrisi dianjurkan pula mengkaji riwayat diet lansia. Selain itu, dari banyak penelitian yang dilakukan ternyata ditemukan bahwa kebanyakan masalah gizi pada lansia berupa masalah gizi lebih atau kegemukan.
Lansia yang mengalami obesitas ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria, yaitu sebesar 26,1% : 15,6%.
Perlu ditegaskan bahwa status gizi penting bagi lansia. Perubahan siologis yang terkait dengan proses penuaan 49 memengaruhi status gizi adalah sebagai berikut :
1. Penurunan penciuman
2. Gangguan gigi
3. Berkurangnya produksi saliva
4. Gangguan refeks menelan
5. Peristaltic menurun
6. Rendahnya produksi asam lambung

Pemeriksaan Fisik Khusus
1. Pengkajian sistem perkemihan
Proses penuaan pada ginjal kandung kemih, uretra, dan sistem persarafan memengaruhi siologi pengeluaran urine. Proses penuaan dapat mengarah pada terjadinya inkontinensia. Selanjutnya dibawah ini disajikan pula tentang pedoman pengkajian eliminasi urine. Adapun pedoman pengkajian eliminasi urine mencakup pengkajian faktor risiko yang memengaruhi eliminasi urine.
Pengkajian faktor risiko yang memengaruhi eliminasi urine :
1) (Pria) : Apakah pernah operasi prostat/kandung kemih?
2) (Pria) : Adakah riwayat masalah prostat?


Pengkajian faktor risiko tidak langsung :
1) Adakah kesulitan untuk berjalan/gangguan
2) Bila berada di tempat umum adakah mengalami kesulitan

Pengkajian inkontinensia :
1) Kapan mulainya?
2) Apa tindakan anda untuk mengatasinya?
3) Adakah sesuatu hal tertentu yang memperburuk?
4) Apakah sakit waktu berkemih?
5) (Wanita) : Adakah merasa tekanan di daerah panggul?

2. Pengkajian Sistem Pernapasan
Pengkajian sistem pernapasan dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses penuaan yang terjadi pada sistem pernapasan. Hal ini mencakup :
1) Perubahan pada saluran pernapasan atas,
2) Diameter dinding, dan
3) Dinding dada kaku.
Bentuk kelainan yang dikaji meliputi adanya pernapasan dengan menggunakan otot napas tambahan. Adapun faktor risiko yang ditemukan antara lain berupa merokok, polusi udara, atau polusi akibat keterpaparan (exposure) dari lingkungan pekerjaan.

3. Pengkajian Mobilitas
Pengkajian mobilitas dilakukan atas cara pemahaman terhadap proses penuaan yang terjadi pada mobilitas. Hal ini mencakup (1) berkurangnya massa otot, (2) jaringan ikat mengalami perbuahan degeneratif, (3) osteoporosis, dan (4) perubahan pada susunan saraf.
Adapun faktor risiko yang ditemukan antara lain berupa osteoporosis, terutama pada wanita, mereka yang kurang bergerak, serta lansia dengan kelainan kekurangan kalsium.

4. Pengkajian Sistem Kulit/Integumen
Pengkajian sistem kulit/integument dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses penuaan yang terjadi pada sistem kulit/integument. Hal ini mencakup (1) pertumbuhan epidemis melambat, kulit kering, epidermis menipis; (2) berkurangnya vaskularisasi; (3) juga melanosit dan kelenjar-kelenjar pada kulit.
Adapun faktor risiko yang ditemukan antara lain berupa : terkena sinar ultraviolet, frekuensi kebiasaan mandi, serta keterbatasan aktivitas.

5. Pengkajian Pola Tidur
Pengkajian pola tidur dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses penuaan yang terjadi pada pengkajian pola tidur. Hal ini mencakup perubahan siklus tidur seiring penuaan.
Adapun faktor risiko yang ditemukan antara lain berupa nyeri, ketidaknyamanan, alkoholik, pemakaian obat tidur.

6. Pengkajian Status Fungsional
Pengkajian adalah penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan. Pengkajian adalah umumnya mengikuti indeks pengukuran yang dikembangkan oleh Barthel dan Kats. Indeks ini didasarkan pada hasil evaluasi terhadap tingkat kemandirian atau keadaan sebaliknya, yaitu tingkat ketergantungan secara fungsional. Indeks terdiri atas 7 tingkat, sebagai hasil penilaian terhadap perihal melakukan kegiatan mandi, berpakaian, ketoilet, beranjak, kontinensia dan makan.
Untuk menetapkan apakah salah satu fungsi tersebut mandiri atau dependen (yaitu memperlihatkan tingkat ketergantungan) diterapkan standar tentang mandi, dalam hal berpakaian, ketoilet, transferring Kontinensia, makan.

7. Pengkajian Status Psikososial
Adapun pengkajian fungsi psikososial dilakukan melalui observasi, wawancara, dan pemeriksaan status mental (menurut Folstein). Informasi yang dihimpun meliputi fungsi kognitif, psikomotor, pandangan dan penalaran, serta kontak dengan realita (Black 1990).

8. Pengkajian Aspek Spiritual

DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA LANSIA

Diagnosis keperawatan pada kelainan kardiovaskular
Apabila terdapat gangguan fungsi kardiovaskular, maka bunyi diagnosis keperawatan adalah :
a. Perubahan pemeliharaan status kesehatan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan exercise/aerobic. Pola Intake ke tinggi garam, pola Intake tinggi kolesterol, dan pola konsumsi tembakau. Adapun rincian diagnosis keperawatan ini (yaitu perubahan pemeliharaan status kesehatan tubuh) antara lain berupa : intoleransi aktivitas, penurunan curah jantung, serta gangguan perfusi jaringan. Kesemuanya ini berpotensi terjadinya komplikasi kardiovaskular.
b. Risiko tinggi trauma akibat hipertensi dan risiko tinggi jatuh/fraktur yang berhubungan dengan osteoporosisi, gangguan neurologis.

Pelihara Keselamatan
- Usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) dipasang karena klien
- Tempat tidur dalam posisi rendah
- Klien diberikan pegangan dikamar mandi dan ruangan
- Kamar dan lantai tidak berantakan
- Cukup mendapatkan penerangan
- Berikan penyangga sewaktu berdiri
- Berikan dorongan untuk berjalan

Tingkatkan aktivitas pernafasan dengan latihan-latihan
• Berikan perawatan pada alat pencernaan
- Rangsang nafsu makan
- Cegah terjadinya gangguan pencernaan
- Cegah konstipasi atau sembelit
• Berikan perawatan genitourinari
- Cukup cairan masuk 2000-3000 ml/hari
- Cegah ankontinensia
- Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang hari
- Batasi carian terutama mendekati waktu tidur.
• Berikan perawatan kulit
- Mandi
- Potong kuku kaki
• Berikan perawatan muskolosletal
- Cegah osteoporosis dari tulang panjang
- Lakukan latihan aktif dan pasif
- Berikan arah dan latihan gerak



• Berikan perawatan psikososial
- Jelaskan dan berikan dorong
- Fasilitas pembicaraan
- Pertahankan sentuhan

3. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan isi sekuncup disebabkan oleh masalah-masalah jantung mekanis, struktur atau elektrofisiologis. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kerja pompa jantung yang tidak adekuat Kriteria hasil tindakan : pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Intervensi Keperawatan
- Tempatkan pasien pada posisi fowler dan berikan oksigen tambahan, sesuai program, untuk mempermudah pernapasannya.
- Auskultasi jantung apakah terdengar bunyi yang abnormal
- Kaji tanda-tanda vital pasien (apakah ada peningkatan pernapasan dan frekuensi jantung serta apakah ada tekanan nadi yang menyempit) dan status mental
- Lakukan pemantauan jantung kontinu Selama tahap penyakit akut dan lanjut untuk mengidentifikasi dan mengatasi aritmia dengan cepat.
- Pantau apakah tanda dan gejala pusing, sinkop, atau nyeri dada pada pasien.
- Berikan diet makanan sesuai kondisi kesehatan
- Penurunan berat badan
- Pelatihan olahraga bagi lansia
- Anjurkan KX berhenti merokok
- Berikan pasien kartu daftar obat-obatan sesuai ukuran dompet dan nomor telepon darurat
Penyuluhan pasien
- Jelaskan mengenai penyakit pengobatannya, dan pemeriksaan yang diprogramkan pada pasien.
- Diskusikan perlunya modifikasi diet dan gaya hidup. Tekanan pentingnya pemeriksaan yang teratur.
- Tekankan pentingnya pemeriksaan darah secara periodik untuk memonitor kadar obat-obatan
- Jika pasien meminum digoksin, ajarkan pasien tanda dan gelaja toksisitas seperti anoreksia muntah.
- Tekankan pentingnya meminum obat-obatan sesuai resep.
- Beri tahu pasien untuk menghubungi dokter jika frekuensi nadinya tidak teratur atau kurang dari 60 kali/menit.
- Ajarkan pasien mengenai metode untuk menghemat energi ketika melakukan AKS.
- Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang tinggi kandungan natrium.
- Ajarkan pasien cara mengganti kehilangan kalium melalui terap diuretik dengan meminum suplemen kalium


4. Tindakan Keperawatan
Meliputi :
1) Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
2) Sediakan cukup penerangan
3) Tingkatkan rangsangan panca inder melalui :
- Buku-buku yang dicetak besar
- Perubahan lingkungan
- Berikan warna-warna yang dapat dilihat klien
4) Berikan perawatan sirkulasi
- Hindarkan pakaian yang menekan, mengikat, atau sempit
- Ubah posisi
- Berikan dorongan dalam melakukan aktifitas untuk meningkatkan sirkulasi
5) Berikan perawatan pernafasan
- Bersihkan nostril atau kotoran hidung
- Lindungi dari angin


DAFTAR PUSTAKA


Maryam, R.Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Thamher, S. 2009. Kesehatan Usia lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta ; Salemba Medika.
Stockslager, L, Jaimo. 2007. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta :  EGC